Senin, 30 Desember 2013

Al An'am

6: 94. "And behold! ye come to us bare and alone as We created you for the first time: ye have left behind you all (the favours) which We bestowed on you: We see not with you your intercessors whom ye thought to be partners in your affairs: so now all relations between you have been cut off, and your (pet) fancies have left you in the lurch!"
6: 94. Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami kurniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafaat yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).

Kamis, 12 Desember 2013

3,5 years made it

Jumat, 6 Desember 2013, tanpa terasa sampailah saya pada hari itu. Hari itu adalah hari terakhir kalinya saya menjalani kegiatan perkuliahan formal di kampus Jatinangor ini. Ditutup dengan kelas tutorial bersama teman-teman grup C2. Pastinya banyak hal berlalu dari semenjak pertama kali saya menginjakkan kaki ke kampus ini. Sebagai orang yang tidak mengenal siapa-siapa, tidak mengenal daerahnya, jauh dari orangtua, jauh dari semua kemanjaan yang biasa saya dapatkan di rumah.

Mulai dari pertama kali saya menginjakkan kaki di  Bale Padjadjaran 3, berharap-harap cemas menunggu ketiga teman sekamar lainnya, Mutia, Pute, dan yang terakhir kali datang di sore hari, di hari terakhir sebelum besoknya OPPEK, Chelsea. Bahkan saya masih ingat keramaian yang terjadi di kamar 33 saat Chelsea sekeluarga datang dengan hebohnya. Mama, kakak, dan adik-adiknya Chelsea yang super ramah :) Maka mulai dari sini, saya menemukan satu-persatu keluarga saya.

Tak bisa dipungkiri kalau pada akhirnya di antara mereka bertiga saya langsung merasa lebih akrab dengan Chelsea, yang terbuka, keibuan, perhatian, dan tanpa segan-segan bakal negur saya kalau saya lagi malas-malasan belajar. "Mi, lo harus belajar mi." "Mi, bangun mi." Yaa.. saya memang tukang tidur kalau di kamar. Dengan santainya saya bisa tertidur pulas, sementara dua orang teman saya lainnya begadang habis-habisan untuk belajar. Tapi Chelsea dan Muti pada akhirnya menyadarkan saya tentang berusaha keras dan tidak gampang menyerah. Dan tentunya banyak hal yang sudah kita lakukan bersama-sama. Walaupun biasanya hampir setiap weekend saya ditinggal sendirian di kamar, karena mereka semua pasti balik ke Jakarta, tapi beberapa weekend di bale yang ditemani Chelsea ataupun Muti jadi lumayan berkesan juga. Kalau udah giliran mereka ga pulang, biasanya kita keluar abis maghrib buat beli makan plus berburu DVD, abis itu nonton bareng deh di kamar (which is saya jarang banget ikutan). Huaa kangen kaliaaan :''(

Oh iya, dan tentunya tidak akan lupa juga tetangga kamar lain, yang jadi target nyampah saya kalau mereka berdua sedang tidak di kamar, ada kamar 26: Herning, Karina, Fani, dan Icha, dan kamarnya Lidya dan Fahma, plus kamar di lantai bawah Yaya, Dewi, dan Uus. Yap inilah keluarga baru saya.

Lalu teman-teman tutor pertama saya di D4, ada Detti, Dhita, Ucrit, Ajeng, Pute (lagi, hehe), Mala, Opik, Gem, Yayak, dan Enggar. Ada yang ga kesebut? Maaf yaa, don't meant it. Di hari pertama saya langsung merasa nyambung ngobrol sama Detti. We shared many things. Saya dengan polosnya langsung cerita banyak ke Detti kalau banyak banget masalah culture shock yang saya hadapi pas awal-awal di sini. Kesenangan saya semakin bertambah saat tau kalau Detti juga sesama INTJ- the strategist. Hal-hal tidak menyenangkan yang terjadi di tutor (presentasi LI kurang maksimal, ga ngerti pelajaran, tutornya aneh) selalu jadi bahan obrolan panjang setiap pulang kuliah. Selain Detti juga ada Mala dan Dhita yang baik hati. Dan tentunya teman-teman lain, teman-teman yang menjadi saksi kepolosan dan ketidaktahuan saat masih awal-awal di FK. Teman-teman yang jadi saksi pas kita semua ditutorin sama Prof Tri, sampai pas bulan Ramadhan diundang buka di rumahnya :) That was sweet

Berlanjut ke semester 2, setelah tanpa terasa 5 bulan terlewati, dengan dua kali SOCA yang hasilnya tidak begitu memuaskan. Tutor RPS waktu itu juga tidak kalah seru. Aku yang memang biasanya selalu telat beradaptasi, sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan suasana FK. Proses pembuatan dan presentasi LI jadi lumayan baik dibanding saat FBS. Dosen-dosen tutor yang menyenangkan dan lebih easy going sangat membantu waktu itu. Di tutor ini juga saya akhirnya jadi lumayan lebih dekat dengan Dini, salah satu teman yang sampai hari ini sudah merecoki banyak bagian dari hidup saya, haha. To be honest, karena Dini lah akhirnya saya mendapatkan semangat lagi dalam belajar di FK, dengan sedikit lebih berani mengatakan pada diri sendiri bahwa saya memang pantas di sini. Dini yang entah karena saking baiknya, atau memang dengan tulus selalu bilang ke saya, "Tu kan Mia bisa,". Saya menyaksikan sendiri bahwa memang usaha dan kerja keraslah (especially untuk usaha begadangnya Dini) yang membuat semuanya jadi mungkin.

Rasanya warna-warni FK tidak akan lengkap tanpa kegiatan kemahasiswaannya yang padat merayap. Waktu itu saya pernah coba-coba ikutan Senat Mahasiswa, yang diketuai oleh kang Radit, yang pada akhirnya saya dapatkan diri saya tidak terlalu cocok di sana. Untungnya di saat yang sama saya juga memilih Asy-Syifaa' yang waktu itu dengan status DKM nya, sebagai kegiatan "tambahan" dalam mewarnai hidup saya di FK (dan ternyata dia sukses mendominasi -___-). Inget banget suasana EMBRYO nya yang bertempat di Situ Patenggang. Cukup tau saja kalau waktu itu sekitar jam 3-4 subuh kita disuruh jalan kaki dari Ranca Upas ke Situ Patenggang (sampai sekarang saya masih belum terlalu ngerti kenapa harus sesubuh itu, dan kenapa harus jalan kaki??). Itu kegiatan kemahasiswaan yang paling berkesan bagi saya, walaupun sebelumnya juga ada kegiatan lain, yaah let's say Supercamp. No comment -,- 

Naah di Asy-Syifaa' ini jugalah akhirnya saya menemukan potongan rumah baru lagi. Saya merasa nyaman di sini, dengan teteh-tetehnya yang kalem dan lembut, dengan teman-teman yang sangat menginspirasi dan memberikan hidayah. Hiks jadi terharu... Sampai akhirnya saya berhasil tercebur seutuhnya di sini, kenal dengan teman-teman yang sampai sekarang insya Allah selalu bersama-sama dalam meraih hidayah-Nya. Afifah, Elsye, Amila, Icha, Pusfa, Teh Farah (walaupun dia ga ikut Asy-Syifaa' sih), Sheilla (walaupun deketnya pas udah tahun 3 :p). Thanks to you all. You are all the real family :''')

Tahun demi tahun berlanjut, sistem demi sistem, kelompok tutor ke kelompok tutor berikutnya, daan sampailah pada masa-masa sulit. Skripsi. Yang pada awalnya sempat terbayangkan tidak akan pernah selesai. Yang pada W-2 saya merasa masih belum move on dari bab I Latar Belakang, bolak-balik Bandung-Nangor untuk bimbingan, cari jurnal, mencari dosen pembimbing, menunggu dosen pembimbing di lorong IPD yang sepi karena hampir sebagian dokter sudah pulang. Oh iya, ga akan lupa juga pertama kali naik lantai 4 IPD, saya (yang emang norak ini) sempat bengong dulu melihat pemandangan kota Bandung dari berandanya. Masa-masa bolak-balik dengan Arnest, yang menguras energi dan uang jajan, hiks. Akhirnya tanggal 20 November lalu saya pun, bersama teman-teman lainnya berhasil mengumpulkan jurnal (yang belum disidang, #ups).

3,5 tahun, apa yang saya dapatkan? Mungkin masih banyak ilmu kedokteran yang belum saya kuasai. Sekian banyak otot yang masih saya belum bisa sebutkan namanya, berpuluh-puluh nama saraf yang masih sulit bagi saya untuk membayangkannya, begitu banyak patogenesis penyakit yang belum saya mengerti, begitu banyak lecture yang dengan mudahnya saya lupakan begitu saja sesaat setelah lecture usai. Banyak. Banyak sekali. Hingga saya merasa, "Ngapain aja 3,5 tahun??" Tapi sisi lain dari diri saya pun tidak menerima begitu saja pertanyaan retoris itu. 

Banyak yang saya belum tahu, atau mungkin lupa. Tapi banyak juga hal berharga yang saya dapatkan di sini. Tentang teman-teman semua, tentang pentingnya berbagi, pentingnya peduli. Begitu sering kita ditempatkan bersama-sama, di bale, kelompok tutor, kegiatan kemahasiswaan, kepanitiaan, jalan-jalan bareng yang rata-rata kita pasti pada akhirnya merasa lebih nyaman dengan teman-teman FK lagi, dengan teman-teman yang seangkatan lagi. Banyak hal yang berubah dari diri saya, yang tanpa sadar adalah karena teman-teman semua di FK, tentang semangatnya, tentang kemauan belajar. Satu hal yang tak kalah penting adalah pelajaran-pelajaran berharga dari dosen-dosen di FK yang mengajarkan arti pentingnya ilmu, pentingnya etika, pentingnya curiosity, pentingnya jujur, and a true meaning of becoming a doctor.

Yet, this is not the end after all, there is still koas, for 1 and a half year, still a long journey to become a doctor. Bahkan skripsi pun belum, sidang pun belum, UAS saja masih belum berakhir. But it's truly getting closer. Ya Allah, tunjuki selalu langkah ini. Berikan selalu yang terbaik Ya Allaah.. Your plan is what obviously the best of all :)

Pemandangan dari lt 4 IPD (sumber: pribadi)

Sabtu, 16 November 2013

What life means to me

Setelah baca tulisan abang, saya jadi kepikiran buat nulis juga. Sebenernya apa sih makna hidup kita saat ini? Ih, pertanyaannya basi banget. Udah jelas2 ada di Surat Adz-Dzariyat ayat 56. Itu lo, yang sering diulang2, "Tidak Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku."

Allah sebenernya udah dengan jelas menunjukkan jalan bagi kita di dunia ini. Ibaratnya, kita di sini adalah musafir yang dalam penantian. Penantian ke kehidupan yang lebih abadi. Secara seorang musafir, wajar kalau terkadang kita terombang-ambing di dunia ini, kan kita memang bukan seharusnya di sini. Ini cuma sedikit bagian dari perjalanan panjang kita. Nah, makanya ada Al-Qur'an sebagai guidance untuk kita semua, ibarat peta bagi para pelancong.

Tapi terkadang, hati ini seringnya masih saja membatin, "Buat apa saya di sini?" Apalagi kalau pas lagi banyak-banyaknya masalah, lagi ga enakan sama teman, lagi banyak tugas buat dikumpulin besok tapi ga menemukan titik cerahnya (alias berasa ga selesai2), lagi detik-detik pengumpulan jurnal (haha, curhat), atau sedang merasa bosan dengan rutinitas. Semacam zombi yang udah ga ada nyawa lagi, dengan tatapan kosong cuman mengikuti rutinitas yang biasa dilakukan. Ga ada ruhnya lagi. Ga ada semangatnya lagi. Nah, saat-saat kaya gini banget nih yang terkadang bikin kita lupa sama Surat Adz-Dzariyaat ayat 56 tadi.

Eh, muternya kemana-mana. Sebenernya cuma ingin berbagi...

Menurut saya, hidup ini, walaupun cuma sementara, means a lot :)
Alhamdulillah, saya dilahirkan di sebuah keluarga yang indah, yang saya cintai.
Allah begitu baik telah memilihkan keempat jiwa-jiwa terbaik ini sebagai darah daging saya.
Papa, yang selalu saya kagumi, dan (merasa) banyak bakat-bakat beliau dan jalan berpikir beliau nular ke saya.
Mama, yang selalu sabar, dan menenangkan saya. Saya selalu ingat saat-saat bersama mama makan lontong sayur + bakwan di depan RSAM, biasanya pas pulang sekolah. Hiks, I miss that moment :''( 
Mama yang selalu bilang, "Saba yo nak. Tapi Mia yang nio jadi dokter. Mia harus kuat." Di saat-saat pertama di bale, yang waktu itu memang bikin saya stress dan rasanya pengen pulang saja dan berhenti kuliah.
Abang, yang selalu punya lawakan/ hal bully an untuk adik2nya. Yang dulu kepulangannya dari Padang (pas kuliah) selalu saya dan dedek nantikan. Kalau abang udah pulang hal pertama yang kami tanyakan adalah, "Ado komik baru bang?" Dan kemudian berebut membacanya. Biasanya saya mengalah sama dedek, berhubung kemampuan baca saya yang lambat. Kayanya cuman pas gempa yang gede banget itu kami tidak menanyakan komik.
Dan dedek, yang saya anggap sebagai teman sepermainan. Walaupun sering berantem, tapi saya menyadari banyak banget hal yang mirip di antara kami. Saat-saat saya berlomba-lomba bangun tidur lebih dulu, terus pas dedek baru bangun sekitar jam 8 an, saya dengan enteng bilang, "Yang terakhir bangun beresin kasur." Jadilah dia 3-4 hari berturut-turut yang membereskan kasur sampai akhirnya saya ga tega juga. "Edek pasti ingek kaaan.."

Sampai di mana masa-masa itu kehilangan waktunya. Terutama saat saya dan dedek harus bersekolah nun jauh disana. Dedek sih yang paling random -__-" Hal-hal itu tidak lagi kami temui. Mie goreng enak buatan mama di Minggu pagi, obrolan hangat dan sendu di saat mati lampu, menanti kepulangan papa di malam hari dengan martabak mesir atau nasi goreng oke (emang namanya itu), atau martabak bandung (kalau di sini sih namanya martabak manis), saat-saat saya selalu ke kamar abang tiap malam, diikuti tatapan sinis abang yang saya abaikan pastinya, yang saya teruskan dengan segala ocehan-ocehan tidak berbobot, hahaa (yang pastinya itu mengganggu banget), terus abis itu keluar tanpa babibu atau emang udah diusir.

Indah banget rasanya. 4 jiwa. Yang selalu kubawa kemana-mana. Yang selalu kusebut dalam doaku. Yang telah membuatku menjadi begini, menjadi lebih mengerti hidup, menguatkanku di saat-saat terlemahku, yang membuatku dapat memilih pilihan yang tepat dalam hidupku. 

Ternyata hidup itu memang tentang perubahan. Waktu tadi pagi saya keluar kosan dan melihat anak umur sekitar 5 tahun sedang bersenandung lagu ala anak-anak TK, tiba-tiba saya kepikiran, "Pengen jadi anak TK ajaa." Tapi sudah jelas itu ga bakal ada, dan ga pernah bisa. Kita dituntut dewasa, dinamis, menciptakan alur hidup sendiri. Mungkin pas kuliah masih bisa ikut arus, ikutin orang kebanyakan. Orang ngerjain tugas, kita juga. Temen2 ngajakin main, masih bisa ikutan. Sedih senang masih bisa dirasa bersama-sama. Kalau lagi ada masalah, telat datang ke kampus, lupa ngerjain tugas, masih ada teman senasib yang bakal bareng-bareng ngurusin surat ini itu. 

Ternyata berbeda halnya setelah kehidupan masa "bareng-bareng" berlalu. Apa2 pikirin sendiri, tanggung sendiri. Orang-orang walaupun ga mau dibilang egois, pada dasarnya memang egois, dalam arti yang positif. Saat dimana kita, sebelum minta tolong teman, lebih sering berpikir dua kali, dia kan juga punya masalah. Yaah, hal-hal seperti itulah. Sampai-sampai kita juga lupa memerhatikan sekitar. Sampai-sampai lupa menanyakan kabar mama, papa, abang, dedek. Hiiiks...

Ingatlah, seberat apapun masalah, selalu ada tempat kembali. Selalu ada saat-saat kita bisa menarik napas sejenak, menghembuskannya, dan menyadari bahwa This is not the end, after all. Kita selalu bisa mengadu pada yang memiliki alam raya ini, kerajaan langit dan bumi, Maha Pembolak-balik hati, yang bahkan sehelai daun yang jatuh pun tidak akan jatuh jika tidak dengan izin-Nya. Masalah yang kita hadapi, yang menurut kita sangat besar, bagi Allah sangat mudah untuk menyelesaikan-Nya, dan kita bahkan diminta/ diwajibkan malah, untuk hanya meminta kepada-Nya.

Yayayaa... dan justru poin terpenting ini yang saya sering lupa. Justru di saat-saat genting saya lupa untuk menarik napas sejenak, melihat sekeliling, dan menyadari bahwa, "Oh iya, saya masih punya Allah."

Kamis, 07 November 2013

Sleeeeeeep

Jadi ceritanya kasus minggu ini adalah tentang Insomnia, dan saya dapat learning issue nya bagian sleep hygiene. Sekalian pas browsing tentang LI saya, saya jadi kepikiran buat searching sleep in Islamic perspective gitu. Dan Alhamdulillah nemu yang bagus :) Karena saya baik, saya akan bagi linknya:

Naah, di antara pembahasannya yang menarik itu, saya juga menemukan LI saya secara tidak langsung di sana. Jadi LI saya yang sudah lebih dulu saya baca dari sumber lain punya banyak kesamaan sama kebiasaan tidur yang dianjurkan dalam Islam.



Sebelum membahas lebih lanjut, saya kasih tahu deh maksud sleep hygiene apa. Kalau gampangnya sih, sleep hygiene itu bahasa lain dari sleep habit. Jadi kalau ada orang yang mengalami gangguan tidur, bisa dibilang kalau dia punya poor sleep hygiene, atau kebiasaan tidur yang buruk. Nah, di antara sleep hygiene adalah sebagai berikut:

  1. Mengatur waktu tidur dan waktu bangun dengan teratur. Nah ternyata dalam Islam sudah ada anjuran untuk tidur lebih awal dan bangun lebih awal. Seharusnya seorang muslim punya jam tidur yang teratur, apalagi ada shalat subuh yang waktunya sekitar 1 jam sebelum matahari terbit.
  2. Melakukan ritual yang menenangkan sebelum tidur. Dalam Islam kita juga disunnahkan untuk berwudhu sebelum tidur. 
  3. Cari posisi paling nyaman dalam tidur. Sudah banyak dibahas juga kalau Rasulullah SAW menganjurkan tidur dengan posisi berbaring ke arah kanan. Posisi ini menurut penelitian juga paling baik, terbukti pada posisi ini terdapat cardiac vagal activity yang paling baik dibandingkan dengan posisi lainnya, dan memiliki efek antiarritmia (arritmia= irama jantung tidak normal).
  4. Tidak tidur dalam posisi telungkup/ tengkurap. Katanya posisi ini dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Pada penelitian juga menunjukkan bahwa bayi yang tidur dalam posisi telungkup punya risiko 7x lebih besar mengalami Sudden Infant Death Syndrome (SIDS).
  5. Mematikan lampu sebelum tidur. Hal ini juga ternyata terdapat dalam hadits. Dalam ilmu sainsnya berkurangnya cahaya dapat menstimulasi pelepasan melatonin oleh otak, yang bakal nyebabin ngantuk.
Sekian :)
Tambah tertarikkah? Yuk, baca jurnalnya! Masih banyak lagi hal-hal menarik lainnya. Tentang pentingnya tidur dalam Islam, interpretasi mimpi dalam Islam, tentang kisah Ashabul Kahfi, tahapan tidur dalam Islam yang ternyata mirip sama penelitian modern (REM, non REM).

Then after the distress, He sent down security upon you. Slumber (Nu’ass) overtook a party of you, while, another party was thinking about themselves (as how to save their own selves)” [verse 3.154].
The Prophet (pbuh) told one of his companions (Ibn Amr) who was praying the whole night “Offer prayers and also sleep at night, as your body has a right on you” (SB 1874). 

Selasa, 15 Oktober 2013

Keluarga menurut PHOP

Berbeda dari yang sudah-sudah, kuliah PHOP (Public Health Oriented Program) semester ini sangat menarik lhoo!! Setidaknya menurutku. Salah satu topiknya adalah tentang keluarga. Ini beberapa definisi keluarga yang murni saya ambil dari slide lecture.

Family, as a group of intimates with both a history and a future (Ransom and Vandervoort, 1973)

The family is a small social system made up of individuals related to one another biologically, or by reason of strong affections and loyalty, that comprises a permanent household (or cluster of households) and persists over decade. Members enter through birth, adoption, or marriage, and leave by death. The roles of members change over time and through the history of the groups.

Menurut Duvall-1977, sebuah keluarga memiliki siklus hidup, disebut Family Life Cycle. Terdapat 8 tahapan dari keluarga:
  1. Marriage couple
  2. Childbearing family
  3. Family with preschool children
  4. Family with school children
  5. Family with teenagers
  6. Family launching young adults
  7. Middle-aged parents
  8. Aging family members
sumber gambar http://www.bubblews.com/news/412619-family-should-be

Menurut Duvall, 8 tahapan ini sangat penting di sebuah keluarga, walaupun mungkin tidak semua individu mengalami semua tahapannya. Tahapan ini penting untuk diketahui oleh anggota keluarga untuk meningkatkan awareness mereka terhadap tugas/ peran yang mereka jalani di tiap tahapannya. Contohnya pada tahap 3 dan 4 sepasang orang tua sudah harus memersiapkan segala kebutuhan sekolah yang akan dibutuhkan oleh anaknya. Atau yang paling sering menjadi dilema adalah pada tahap 7 dan 8, yakni ketika kedua orang tua sudah mulai bertambah tua, dan harus menyadari bahwa beberapa anaknya sudah beranjak dewasa dan mulai memiliki kehidupan pribadi sendiri. Pada tahap ini orang tua seringkali kesepian :( Hal inilah yang harus disadari dan diantisipasi segala kemungkinan terburuknya. Khususnya bagi para dokter/ health care provider, kelompok umur ini harus banyak diberikan perhatian, pengertian, dan tentu saja semangat. Yaah, singkatnya itulah kenapa dibutuhkan 8 tahapan kehidupan dalam keluarga.

Terakhir, menyontek sedikit kata-katanya Iva Afianty dalam novelnya "Home"

Rumah itu adalah sebuah tempat di mana sejauh-jauhnya kita pergi, kita akan selalu rindu pulang padanya.

Kok jadi malah rada ga nyambung gini? Tapi cukup representatif lah yaa, untuk sebuah tema seputar keluarga, yang tidak jauh-jauh dari bahasan rumah.

Sabtu, 05 Oktober 2013

Tadi pagi nemu tulisan bagus di note facebook kakak kelas. Semoga bermanfaat ya. Selamat menikmati :)

Kesibukan Para Malaikat Di Surga (Renungan Untuk Kita Semua : Let Say Alhamdulilah)
March 10, 2011 at 8:43pm
Seseorang bercerita, aku bermimpi suatu hari aku pergi ke surga dan seorang malaikat menemaniku serta menunjukkan keadaan di surga.
Memasuki suatu ruang kerja yang penuh dengan para malaikat. Malaikat yang mengantarku berhenti di depan ruang kerja pertama dan berkata,"

Ini adalah Seksi Penerimaan.
Disini, semua permintaan yang ditujukan pada Allah, diterima".

Aku melihat-lihat sekeliling tempat ini dan aku dapati tempat ini begitu sibuk dengan begitu banyak malaikat yang memilah-milah seluruh permohonan yang tertulis pada kertas dari manusia di seluruh dunia.

Kemudian,....
aku dan malaikat-ku berjalan lagi melalui koridor yang panjang. lalu sampailah kami pada ruang kerja kedua.

Malaikat-ku berkata,
"Ini adalah Seksi Pengepakan dan Pengiriman.
Disini, kemuliaan dan rahmat yang diminta manusia diproses
dan dikirim ke manusia-manusia yang masih
hidup yang memintanya".

Aku perhatikan lagi betapa sibuknya ruang kerja itu.
Ada banyak malaikat
yang bekerja begitu keras karena ada begitu
banyaknya permohonan yang
dimintakan dan sedang dipaketkan untuk dikirim ke bumi.

Kami melanjutkan perjalanan lagi hingga sampai pada ujung terjauh koridor panjang tersebut dan berhenti pada sebuah pintu ruang kerja yang sangat kecil.

Yang sangat mengejutkan aku, 
hanya ada satu malaikat yang duduk
disana, hampir tidak melakukan apapun.
"Ini adalah Seksi Pernyataan Terima Kasih", kata Malaikatku pelan.
Dia tampak malu.

"Bagaimana ini? Mengapa hampir tidak ada pekerjaan
disini?", tanyaku.

Menyedihkan", Malaikat-ku menghela napas. "
Setelah manusia menerima rahmat
yang mereka minta, sangat sedikit manusia yang
mengirimkan pernyataan terima kasih".

"Bagaimana manusia menyatakan terima kasih atas Rahmat Tuhan?", tanyaku.

"Sederhana sekali", jawab Malaikat.

"Cukup berkata,
'ALHAMDULILLAHI RABBIL AALAMIIN,
Terima kasih, Tuhan' ".


"Lalu, rahmat apa saja yang perlu kita syukuri?”, tanyaku.

Malaikat-ku menjawab,

"Jika engkau mempunyai makanan di lemari es,
Pakaian yang menutup tubuhmu,
atap di atas kepalamu dan tempat untuk tidur,
Maka engkau lebih kaya dari 75% penduduk dunia ini.

"Jika engkau memiliki uang di bank, di dompetmu,
dan uang-uang receh,
maka engkau berada diantara 8% kesejahteraan dunia.

"Dan jika engkau mendapatkan pesan ini di komputermu,
engkau adalah bagian dari 1% di dunia yang memiliki kesempatan itu.

Juga....
Jika engkau bangun pagi ini dengan lebih banyak kesehatan daripada kesakitan ...
engkau lebih dirahmati daripada begitu banyak orang di dunia ini yang tidak dapat bertahan hidup hingga hari ini.

"Jika engkau tidak pernah mengalami ketakutan dalam perang, kesepian dalam penjara, kesengsaraan penyiksaan, atau kelaparan yang amat sangat ....Maka,engkau lebih beruntung dari 700 juta orang di dunia".

"Jika,........
engkau dapat menghadiri Masjid atau pertemuan religius tanpa ada
ketakutan akan penyerangan, penangkapan, penyiksaan,atau kematian ...
M a k a,....engkau lebih dirahmati daripada 3 milyar orang didunia.

"Jika,....orangtuamu masih hidup dan masih berada dalam ikatan pernikahan ...
Maka,.....engkau termasuk orang yang sangat jarang.

"Jika engkau dapat menegakkan kepala dan tersenyum,
maka,.....
engkau bukanlah seperti orang kebanyakan,
engkau unik dibandingkan emua mereka yang berada dalam keraguan dan keputusasaan.

"Jika,...engkau dapat membaca pesan ini,
maka engkau menerima rahmat ganda yaitu
bahwa seseorang yang mengirimkan ini padamu, berpikir bahwa engkau
orang yang sangat istimewa baginya, dan bahwa, engkau lebih dirahmati
daripada lebih dari 2 juta orang di dunia yang bahkan tidak dapat membaca sama sekali".

Nikmatilah hari-harimu, hitunglah rahmat yang telah Allah anugerahkan kepadamu.

Dan jika engkau berkenan, kirimkan pesan ini ke semua
teman-temanmu untuk mengingatkan mereka betapa
dirahmatiNya kita semua.

"Dan ingatlah tatkala Tuhanmu menyatakan bahwa,
'Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Aku akan menambahkan lebih banyak
nikmat kepadamu' ".
(QS:Ibrahim (14) :7 )


Kamis, 15 Agustus 2013

Lesson of Kepo

Di dunia ini ada banyak sekali orang yang pinter nulis. Tulisannya bermutu, yet easy-reading. Some of them is very close to us! :)

SUNNY

Judul di atas adalah salah satu judul film korea yang baru-baru ini saya tonton. No,noo i'm not that kind of freak. Saya bukan pecinta korea yang harus tidur tidak tenang ketika mereka harus konser lagi di Indonesia, haha. It was recommended by Afifah, so i thought i have to watch it.

Ceritanya adalah tentang persahabatan jaman SMA dari sekumpulan orang yang pada saat itu telah menjadi ibu-ibu dan mempunyai anak remaja. Ceritanya di setting flashback, mulai dari settingan IM Nami yang telah menjadi seorang ibu, juga istri, menjalani kehidupannya sedatar mungkin tanpa menuntut banyak hal. Kemudian ketika dia datang ke RS untuk menjenguk ibunya, dia melihat sebuah kamar yang bertuliskan nama teman SMA nya dulu, mm.. bisa dibilang teman se-gengnya.

Berawal dari sana, mendengar ternyata ketua gengnya ini menderita kanker dan hanya punya waktu sedikit sebelum kematiannya, dia pun bertekad menemukan 5 orang teman geng SMA nya yang lain. Nah, ini niiih menariknya. Kalau penasaran silahkan tonton sendiri :)

Valuenya adalah, ternyata sesuatu tidak harus terjadi seindah yang kita rencanakan. Ya, kita mungkin tetap dapat berencana, bermimpi, mereka-reka kita di masa depan akan seperti apa, tetapi pada akhirnya apa pun kenyataan yang terjadi harus diterima dengan hati yang kuat. Mungkin teman sepermainan kita yang pernah berkata akan menjadi Miss Korea, harus berujung dengan kehidupan yang menyedihkan dengan kondisi dililit utang sana-sini, atau orang yang kita ingin selalu ada harus pergi lebih dulu dari yang lainnya, atau melihat perubahan yang begitu besar dari seorang teman yang blak-blakan menjadi anggun luar biasa, haha.. Semua ada ceritanya masing-masing.

Dan yang membuat teman berbeda dari yang lainnya adalah, ketika mendapati seperti apa pun rupa kita nanti, mereka tidak akan pernah lupa kalau dulu mereka adalah bagian dari kita. Mereka tidak akan segan menemui kita dalam kondisi apapun kita saat itu. A true friends will always stay :)

Juga, setelah menonton itu, saya sendiri merasa wajib belajar lebih giat, berusaha keras menggapai cita-cita mumpung saat ini mimpi itu masih ada. Jadi, ketika saat itu tiba, yang entah kapan, ketika kita mendapatkan kesempatan kembali bertemu dg orang yang dulu pernah menjadi bagian diri kita, ketika dia sedang dalam kondisi membutuhkan bantuan, kita siap ada untuknya. Berusaha untuk menjadi a true friends, a truely soulmate, not just last till senior high school or at college.

Senin, 27 Mei 2013

99 Keping Emas


Suatu malam di tengah perjalanan menuju Bukittinggi, saya, dedek, Papa, dan Mama tengah asyik bercerita banyak hal dan dihiasi suara tawa renyah dari masing-masing kami. Maklum, waktu itu liburan, semua hal pasti terlihat lebih indah saat liburan (that's why tumpukan buku-buku pelajaran dan sebangsanya tak pernah terlihat saat itu, isn't it?). Lalu, seperti biasa, Papa, our best story-teller, bercerita tentang sebuah kisah, tentang 99 keping emas.

Jadi, begini ceritanya...

Alkisah, tinggallah sepasang suami istri yang hidup sederhana dengan keempat anakya yang masih kecil-kecil. Mmm.. sebut saja sang ayah bekerja sebagai petani yang setiap hari berangkat subuh dan pulang di senja hari, bekerja menggarap sepotong lahan kecil milik sang tuan tanah. Upah yang didapat perharinya cukup untuk memberi makan anak dan keempat istrinya dengan sejumlah ikan teri dan daun singkong rebus. Atau ada kalanya sang ayah mendapatkan bonus hasil kerjanya, sehingga keluarga kecil itu terkadang mendapatkan kesempatan untuk mengecap nikmatnya rasa daging ayam beserta sedikit buah-buahan.

Sementara itu, sang ibu setiap harinya disibukkan oleh merawat anak-anaknya serta mengerjaan pekerjaan rumah lain yang lazim dilakukan oleh seorang ibu rumah tangga, seperti memasak, mencuci pakaian, menyapu rumah, sesekali mencabuti rumput-rumput liar di taman yang sudah mulai tumbuh tidak beraturan. Begitu seterusnya kehidupan sederhana itu berjalan. Dua dari empat anaknya pun seperti anak-anak lainnya sibuk dengan rutinitas sekolah di pagi hari, dan bermain menyibukkan diri di sungai atau lapangan bola di sore harinya. Sementara dua anak lainnya masih terlalu kecil untuk bersekolah maupun bermain di luar rumah.

Suatu hari di tengah rutinitas yang sudah biasa dilakukan itu, tanpa diduga terjadi suatu keajaiban bagi keluarga kecil itu. Di tengah perjalanan pulang dari sawah sambil memikul letih setelah bekerja seharian, perhatian sang ayah tersita oleh bungkusan lumayan besar yang tergeletak begitu saja di pinggir jalan. Karena penasaran sang ayah mendekatinya dan membuka bungkusan itu, mencari tahu apa isnya. Tanpa diduga ternyata terdapat begitu banyak kepingan-kepingan emas di dalamnya. dengan jantung yang masih berdetak kencang saking kagetnya, sang ayah membawa bungkusan emas itu pulang bersamanya.

Sesampainya di rumah, bungkusan itupun diperlihatkan pada istrinya. Sesaat kemudian keluarga itu lebur dalam suasana gembira dan terkaget-kaget yang amat sangat. Kemudian mereka pun menghitung jumlah kepingan emas itu, menerka-nerka seberapa berharganya harta yang sedang ada di depan matanya saat itu. Ternyata jumlah seluruhnya adalah 99 keping emas.

Sang istri terheran-heran, "Apa maksudnya hingga kita bisa menemukan harta ini? Dan jumlahnya, kenapa 99? Kenapa tidak 100 saja sekalian?"

Suami pun ikut heran, "Benar juga. Kenapa jumlahnya tanggung begini? Jika yang ada adalah 100 keping emas, pasti akan lebih bagus lagi."

Begitulah hingga jumlah 99 ini memusingkan sepasang suami istri yang hidup sederhana ini. Kemudian mereka pun sampai pada kesimpulan,

"Pak, saya ada ide. Bagaimana jika sebagian keping emas ini kita jadikan modal untuk usaha, untuk mendapatkan keping emas yang lebih banyak lagi, hingga jumlahnya mencukupi 100 keping emas. Lalu kita akan menjadi orang kaya raya dengan 100 keping emas itu!" sahut sang istri dengan begitu semangatnya.

Sang ayah pun tak mendengar sedikitpun kekurangan pada ide istrinya itu dan mereka pun setuju untuk menjadikan beberapa keping emas itu sebagai modal.

Namun ternyata pada kenyataannya usaha yang mereka jalankan tak sesuai rencana karena mereka melakukannya terburu-buru dan hanya dengan obsesi mendapatkan lebih banyak keping emas. Sehingga mereka berjualan dengan ilmu yang minim. Hasilnya hanya rugi yang mereka dapatkan, keping emas yang dijadikan modal sebelumnya pun habis sudah tak bersisa.

Kegagalan itu tak membuat mereka menjadi putus asa. Mereka terus mencoba dan mencoba, manghabiskan semua keping emas yang tersisa demi mendapatkan keping emas yang lebih banyak lagi. Ya, seperti mimpi mereka di awal, menjadikan 99 keping emas menjadi genap 100 keping.

Dikarenakan niat keserakahan itu, akhirnya semua usaha yang dilakukan selalu gagal dan gagal, hingga habislah sudah semua keping emas yang dia punya, habis tak bersisa lagi walaupun hanya satu keping.

Kini tinggallah sepasang suami istri tadi menyesali semua perbuatannya. Mereka baru tersadar bahwa mereka lupa bersyukur akan 99 keping emas itu, dan malah mempertanyakan, "Kenapa tidak 100?" Hingga pada akhirnya tak ada satupun yang mereka dapatkan selain lelah dan tertipu oleh angan-angan akan 100 keping emas.

Betapa syukur itu sangat penting, dan manusia bisa begitu bodoh jika ditipu oleh nafsu dan sifat kikirnya. Terkadang kita suka lupa akan apa yang telah kita punya, lalu lupa bersyukur atasnya, dan selalu mencari-cari kekurangannya. Sehingga apa yang telah diberikan pada kita lupa untuk kita nikmati.


Sabtu, 09 Maret 2013

Lesson #4

Saat kita berpikir untuk memilih melakukan suatu hal di lain waktu, maka saat itulah sebenarnya waktu yang tepat untuk mengerjakan hal itu. Stop procrastinating!

Miss Kepo

Sudah tidak ingat lagi rasanya pertama kali aku bertemu dengannya. Yang kuingat saat itu aku masih sangat merasa asing dengan lingkungan baru, di kampus. Yang awalnya aku bisa sesuka hati ingin nonton TV, baca komik, novel, dll harus berubah digantikan tugas yang seakan tak habis-habis. Belum lagi harus mengikuti masa orientasi untuk mahasiswa baru. Oh iya! Itu dia! Karena masa orientasi itu aku bertemu dengannya, Miss Kepo.

Dari nama sudah terdengar jelas, yaaa apa lagi kalau bukan tukang kepo. Awalnya sih biasa aja ditanya macem-macem. Lama-lama kok jadi agak bosan ya. Gimana keluarganya? Gimana keadaan rohaninya? Gimana LI nya? Ada kesulitan? Ya, dialah miss kepo, si teteh mentor.

Dalam hati terpikir, si teteh kayanya ga ada agenda lain gitu ya selain ngepoin anak orang. Selain ngurusin anak orang. Dengan sabar mengasup nutrisi bagi jiwa-jiwa yang haus akan hidayah. Lama-lama akhirnya aku pun merasa nyaman. Gimana orang tuanya, sehat? Keuangannya gimana? Fisik sehat? Olahraga ga minggu ini? Lama-lama pertanyaan-pertanyaan itu menjadi pelengkap 1 pekan dalam hidupku.

Ingat banget dulu saat masih merasa mentoring itu tidak ada gunanya, aku sempet kabur langsung ke bale. Ternyata miss kepo tak mudah menyerah rupanya. Akupun ditelfon dan ditanyai lagi berada di mana. Dengan polos akhirnya aku jawab lupa dan lalala. Tapi semenjak saat itu aku tidak pernah lagi melewatkan mentoring kecuali kalau ada agenda yang sangat urgent.

Kenapa ya segitunya? Ga dateng ditelfonin. Lupa qiyamullail diingetin. Udah lama ga mentoring disamperin, ditanyain lagi ada masalah apa. Atau dengan semangat yang gigih, biasanya miss kepo bakal ngepoin ke temennya anak yang ga dateng2 mentoring itu. Segala cara dilakukan hanya demi adik mentor agar bisa dateng mentoring lagi. Lebai banget sih.

Setahun sudah kehidupanku di FK, akhirnya akupun diberi kesempatan untuk bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki adik mentor. Hmm, memang ruaarr biasa :D Ada yang cuma dateng pas pertemuan pertama doang. Ada yang baru kumpul langsung bertanya, "Biasanya mentoring berapa lama teh?" Akhirnya ngementor mengajarkanku untuk bertanggung jawab atas orang lain. Akhirnya aku mengerti kenapa para Miss Kepo tidak pernah kehilangan cara untuk menarik adik-adiknya agar ikut mentoring. Seberapa gregetnya miss Kepo mendengarkan kata-kata, "Teh, kan MAI (Mabim Agama Islam) nya udah selesai, kok masih ada mentoring?" Dengan melekatnya gelar mentor, terkadang tanpa sadar senyum kita akan terlatih untuk muncul begitu saja di saat-saat seperti itu.

Itulah sekilas pengalamnku dengan miss Kepo. Banyak macam karakter miss kepo yang sudah kukenal, mulai dari yang pendiam, cumlauder, dan miss kepo kelas berat telah pernah untuk beberapa bulan bersama-sama denganku dan teman-teman lainnya di dalam kelompok yang sama. Satu hal yang harus kita sadari dari awal, sayangilah miss kepo kita apa adanya. Bagaimanapun ia, sependiam apapun ia, se(kelihatannya)serius apapun ia, suatu saat nanti pasti kita akan merindukannya. Dan jangan lupa untuk selalu mendoakannya, karena kamu sadari atau tidak di dalam setiap donya pasti juga terselip namamu :) Miss Kepo, I thought that you are just too strong to be true, but it's not, you are! You are just strong! And you are so true.


Minggu, 03 Februari 2013

Islam, Eropa, Afrika, Palestina :)


Syarifuddin Khalifah, bocah yang telah mengislamkan ribuan orang, Pengantin-pengantin Al-Quds, dan 99 Cahaya di Langit Eropa adalah buku-buku yang baru saja kuselesaikan membacanya akhir-akhir ini. dan menurutku secara tidak langsung ketiga ini memiliki hubungan yang menarik satu-sama lainnya. Satu hal yang menyatukannya tentu saja adalah, Islam.




Aku ingin memulainya dari buku yang tadi baru kutamatkan, yakni “99 Cahaya di Langit Eropa”. Berkisah tentang perjalanan seorang, Hanum Salsabiela Rais, beliau adalah puteri dari Amien Rais yang dulu sempat mewarnai pemilihan Presiden RI ke-V , sebagai salah satu calon Presiden. Amat sangat menarik dan begitu banyak ilmu sejarah yang tersimpan di dalam buku ini dan diceritakan dengan gaya bahasa yang ringan, sebagaimana seorang teman sedang berbagi kisah perjalanannya. Jika ingin mendapatkan ilmu-ilmu tentang kejayaan Islam di Eropa secara utuh, tentulah harus membaca sendiri bukunya. Bahkan dengan ulasan-ulasan menarik dan juga terkadang detail itu belum tentu dapat melepas dahaga kita akan curiousity terhadap peradaban Islam di Eropa. Pun demikian buku ini mampu membuka pikiran kita, membayangkan kembali betapa cahaya-cahaya Islam pernah berpendar indah di langit Eropa.

Empat negara yang digambarkan di novel ini sungguh mengagumkan, dan memacu hasrat untuk turut menyaksikan secara langsung dengan mata kepala sendiri bukti-bukti peradaban Islam itu. Keempat negara yang disinggahi sang penulis adalah, Austria, yang menjadi tempat penulis bermukim sementara, menemani suaminya dalam menuntut ilmu meraih gelar doktor, kemudian Prancis, negara pusat mode dan peradaban dunia yang ternyata menyuguhkan lebih dari sekedar Eiffel, dilanjutkan ke Spanyol yaitu ke Cordoba “The true city of light” dan Granada, dan terakhir adalah Turki.

Banyak hal-hal menarik yang ia temukan di sana. Seperti pertemuannya pertama kali di Wina dengan saudari semuslimnya, Fatma yang mengajarkannya banyak hal akan dakwah Islam. Bahwa temannya mengatakan tugas seorang Muslim di Eropa sebagai kaum minoritas adalah dengan menjadi agen muslim yang baik (aku suka kata-kata ini :D Agent, sounds prestigious). Kemudian tentang kedai makanan, hmmm mungkin restoran yang besar di Wina dengan semboyan “All you can eat, pay as you wish” milik seorang muslim. Semua hal itu menjadikan muslim ataupun Islam begitu indah, baik di mata non muslim sekalipun. Sang pemilik restoran, Deewan, sangat percaya selagi ia memberi dengan ikhlas pada orang lain, maka rezeki pun akan mengalir terus padanya. Terbukti dengan usahanya yang masih bertahan hingga lebih dari 5 tahun itu. Aku sendiri jadi kepikiran untuk membuat rumah makan serupa, Makan sepuasnya, bayar seikhlasnya. Bisa ga ya di Indonesia?

Kemudian di Paris, ia pun dengan mudah langsung merasa begitu dekat dengan Marion, muallaf yang sedang berkuliah menggeluti sejarah peradaban Islam di negara peradaban itu. Marion yang pengetahuannya begitu banyak akan Islam, menjelaskan satu per satu peninggalan sejarah Islam yang ada di museum Louvre, salah satu ikon kebanggaan Paris. Berbagai tulisan kufic, salah satu bentuk kaligrafi, dan juga pseudo kufic, tiruannya, memiliki makna-makna indah Islam, seakan itu adalah tulisan tersembunyi yang dibuat oleh pengrajin kain tenun asal Arab. Begitu besarnya pengaruh budaya Islam saat itu, hingga produk asal Arab pun dilukis oleh para seniman di Eropa tanpa mereka menyadari bahwa itu bertuliskan lafaz Allah, kalimat tahlil, dan kalimat-kalimat lain bernapaskan Islam. Bahkan kain tenunan arab yang berhiaskan kaligrafi pun pernah dipakai oleh Raja di Eropa.

Kemudian ada Axe Historique, yaitu garis yang menghubungkan Arc de Triumphe du Carrousel , Arc de Triumphe de l’Etoile, dan museum Louvre dalam garis lurus. Dugaan Marion yang menyebutkan jika garis lurus itu ditarik lebih jauh lagi ke arah timur maka akan tepat bertemu pada satu titik yaitu Ka’bah di Makkah benar-benar fakta yang membuat napas tertahan untuk beberapa saat.

Jumat, 18 Januari 2013

Wanita shalihah itu...

Fatimah berkata, "Wanita shalihah itu adalah,
yang tidak suka mengenali dan dikenali,
yang tidak suka memandang dan dipandang,
di bibirnya tidak meniti nama laki-laki,
dan di bibir laki-laki tidak meniti namanya. "
http://eddiessolitude.blogspot.com/2012/06/white-rose-wallpaper.html

Kamis, 17 Januari 2013

Mendiang karya SN Ratmana


Merasa perlu nge-post tentang ini karena sebelumnya saya udah ngemention judulnya, tapi ga nyeritain apa-apa, hahaa...

Jadi cerpen ini adalah salah satu dari cerpen yang saya suka. Seperti yang saya bilang sebelumnya, gaya bahasa cerpen jaman dulu selalu memberikan nuansa yang berbeda saat membacanya.
Ceritanya adalah tentang seorang anak perempuan yang menginjak usia remaja, yaaah masih labil-labil gitu lah yaa. Nama tokohnya saya lupa siapa. Anak ini ternyata diam-diam naksir sama salah satu guru SMA nya yang masih muda.

Di sekolahan dia diceritakan sebagai anak yang pendiam. Namun ternyata anak ini nekat datang ke rumah pak guru yang dia sukai itu. Berulang-ulang hingga pak guru merasa terganggu. Memang love affection yang agak aneh...

Sampai pada akhirnya pak guru memberanikan diri untuk bilang ke muridnya itu agar tak mengganggu dia lagi sampai ke rumah. Semenjak itu si anak jadi tidak pernah lagi datang ke rumah.
 ---yah maaf banget saya ga bakat nyeritainnya

Intinya, kejadian itu sudah hampir dilupakan oleh pak guru, hingga dia pun sudah memiliki istri.
Suatu hari ketika pak guru ingin berobat ke klinik, dia melihat mantan muridnya itu, ditemani seorang laki-laki yang tak ia kenal. Tampaknya Wati (oh iya, namanya itu! Barusan searching :D) sedang hamil dan datang ke klinik untuk kontrol kehamilan. Pak guru pun menyapa Wati. Dilihatnya Wati seperti berbeda dari sebelumnya, lebih tenang dan pendiam. Pak guru juga berbaik sangka melihat lelaki yang menemani Wati beranggapan bahwa beliau mungkin adalah suami Wati. "Akhirnya anak itu mendapatkan pasangannya."

Sampai suatu hari ketika dia melewati sebuah toko sepatu milik suami Wati, orang ramai berkerumun di sana. Ketika ia bertanya pada orang yang lalu lalang, ternyata muridnya Wati telah meninggal dunia. Ia pun memberanikan diri masuk. Di sanalah ia melihat sesuatu yang asing baginya. Mayat Wati diselenggarakan dalam tradisi China. Menurutnya Wati justru pergi meninggalkan dunia dengan orang-orang asing di sekitarnya. Tak ada keluarganya, kecuali keluarga suaminya.

Menurut saya, cerpen ini memberikan warna tersendiri (kalau ga ngerti baca ringkasan saya boleh download di sini nih --> download). Kenapa? Sepertinya pak SN Ratmana berusaha menyampaikan suatu pesan, di mana seseorang yang tak berhati-hati bahkan bisa terambil identitasnya. Seperti Wati, yang namanya berubah menjadi nama keluarga suaminya, orang-orang pun tak banyak yang tau tentang nasib dia yang sekarang, menjadi istri dari pemilik toko sepatu. Dan sedihnya, hingga Wati meninggal pun dia tetap berada di antara yang asing, mayatnya diselenggarakan dengan cara asing, bukannya dimandikan, dikafani, dan dishalatkan. Mungkin menurut SN Ratmana, tak seperti itulah harusnya sebuah kehidupan berakhir. Berada di antara orang-orang asing.

Pusing yaa? Saya juga jadi pusing nih, jadi bingung sendiri. Benarkah nilai itu yang ingin disampaikan? 

Udah mulai tertarik? Selamat menikmati cerpennya dan ambil hikmahnya :)


Rabu, 02 Januari 2013

Resume buku : Berjuta Rasanya

Sebenarnya ini bukan tipe buku aku siih. Tapi hanya ingin berbagi cerita saja.
So far sih bukunya bagus. Karena itu adalah kumpulan cerpen-cerpen, maka Tere-Liye selalu menghadirkan berbagai cerita-cerita tentang cinta dan makna cinta dengan cara yang berbeda-beda di tiap cerpennya. Dengan tokoh yang berbeda-beda karakternya. Latar tempat dan waktu yang berbeda-beda. Tere Liye memang memiliki imajinasi yang keren dan unpredictable.

Dari semua cerita-cerita itu: cewek yang selalu berkeluh-kesah tentang ketidakcantikannya, penemuan baru: cintanometer (I wish I have one!) dan LOVE Ver 7.0, gadis buta yang mencari cinta sejatinya, si playboy yang akhirnya insaf, seorang psikopat, dan masih banyak lagi, satu yang paling kusuka adalah "Kupu-Kupu Monarch".

Tentang apa? Hmm standar sih, pengorbanan istri untuk seorang suami yang sangat dicintainya. Namun ternyata sang suami tak cukup setia untuk selalu berada di sisi istrinya, bahkan ketika istrinya hamil tua sekalipun. Cinta yang begitu lama telah terjalin, hancur begitu saja ketika suaminya pergi dengan wanita lain. Miris memang.

Saya jadi bertanya-tanya, adakah yang seperti itu di dunia nyata. Dengan gampangnya kita bisa langsung ke layar TV dan menemukan berbagai macam gosip dan fakta tentang perselingkuhan di sana. Tapi, sekali lagi, apakah dengan hanya semudah itu? Semudah itukah orang akan melupakan segala kebaikan bertahun-tahun lamanya hanya dengan kehadiran orang baru? Hiks, menyedihkan yaa. But it does exist...

Oh iya, satu hal lagi yang membuat Kupu-Kupu Monarch tak biasa adalah (sekali lagi) gaya penulisan Tere Liye yang berbunga-bunga dan imajinasinya yang amazing. Sebuah cerita yang berhasil membuatku menahan napas.

Selamat membaca buat yang penasaran!!

Oh ya, how is it going on the second day of 2013, have the resolutions been made?