Sabtu, 16 November 2013

What life means to me

Setelah baca tulisan abang, saya jadi kepikiran buat nulis juga. Sebenernya apa sih makna hidup kita saat ini? Ih, pertanyaannya basi banget. Udah jelas2 ada di Surat Adz-Dzariyat ayat 56. Itu lo, yang sering diulang2, "Tidak Aku ciptakan jin dan manusia, melainkan untuk beribadah kepada-Ku."

Allah sebenernya udah dengan jelas menunjukkan jalan bagi kita di dunia ini. Ibaratnya, kita di sini adalah musafir yang dalam penantian. Penantian ke kehidupan yang lebih abadi. Secara seorang musafir, wajar kalau terkadang kita terombang-ambing di dunia ini, kan kita memang bukan seharusnya di sini. Ini cuma sedikit bagian dari perjalanan panjang kita. Nah, makanya ada Al-Qur'an sebagai guidance untuk kita semua, ibarat peta bagi para pelancong.

Tapi terkadang, hati ini seringnya masih saja membatin, "Buat apa saya di sini?" Apalagi kalau pas lagi banyak-banyaknya masalah, lagi ga enakan sama teman, lagi banyak tugas buat dikumpulin besok tapi ga menemukan titik cerahnya (alias berasa ga selesai2), lagi detik-detik pengumpulan jurnal (haha, curhat), atau sedang merasa bosan dengan rutinitas. Semacam zombi yang udah ga ada nyawa lagi, dengan tatapan kosong cuman mengikuti rutinitas yang biasa dilakukan. Ga ada ruhnya lagi. Ga ada semangatnya lagi. Nah, saat-saat kaya gini banget nih yang terkadang bikin kita lupa sama Surat Adz-Dzariyaat ayat 56 tadi.

Eh, muternya kemana-mana. Sebenernya cuma ingin berbagi...

Menurut saya, hidup ini, walaupun cuma sementara, means a lot :)
Alhamdulillah, saya dilahirkan di sebuah keluarga yang indah, yang saya cintai.
Allah begitu baik telah memilihkan keempat jiwa-jiwa terbaik ini sebagai darah daging saya.
Papa, yang selalu saya kagumi, dan (merasa) banyak bakat-bakat beliau dan jalan berpikir beliau nular ke saya.
Mama, yang selalu sabar, dan menenangkan saya. Saya selalu ingat saat-saat bersama mama makan lontong sayur + bakwan di depan RSAM, biasanya pas pulang sekolah. Hiks, I miss that moment :''( 
Mama yang selalu bilang, "Saba yo nak. Tapi Mia yang nio jadi dokter. Mia harus kuat." Di saat-saat pertama di bale, yang waktu itu memang bikin saya stress dan rasanya pengen pulang saja dan berhenti kuliah.
Abang, yang selalu punya lawakan/ hal bully an untuk adik2nya. Yang dulu kepulangannya dari Padang (pas kuliah) selalu saya dan dedek nantikan. Kalau abang udah pulang hal pertama yang kami tanyakan adalah, "Ado komik baru bang?" Dan kemudian berebut membacanya. Biasanya saya mengalah sama dedek, berhubung kemampuan baca saya yang lambat. Kayanya cuman pas gempa yang gede banget itu kami tidak menanyakan komik.
Dan dedek, yang saya anggap sebagai teman sepermainan. Walaupun sering berantem, tapi saya menyadari banyak banget hal yang mirip di antara kami. Saat-saat saya berlomba-lomba bangun tidur lebih dulu, terus pas dedek baru bangun sekitar jam 8 an, saya dengan enteng bilang, "Yang terakhir bangun beresin kasur." Jadilah dia 3-4 hari berturut-turut yang membereskan kasur sampai akhirnya saya ga tega juga. "Edek pasti ingek kaaan.."

Sampai di mana masa-masa itu kehilangan waktunya. Terutama saat saya dan dedek harus bersekolah nun jauh disana. Dedek sih yang paling random -__-" Hal-hal itu tidak lagi kami temui. Mie goreng enak buatan mama di Minggu pagi, obrolan hangat dan sendu di saat mati lampu, menanti kepulangan papa di malam hari dengan martabak mesir atau nasi goreng oke (emang namanya itu), atau martabak bandung (kalau di sini sih namanya martabak manis), saat-saat saya selalu ke kamar abang tiap malam, diikuti tatapan sinis abang yang saya abaikan pastinya, yang saya teruskan dengan segala ocehan-ocehan tidak berbobot, hahaa (yang pastinya itu mengganggu banget), terus abis itu keluar tanpa babibu atau emang udah diusir.

Indah banget rasanya. 4 jiwa. Yang selalu kubawa kemana-mana. Yang selalu kusebut dalam doaku. Yang telah membuatku menjadi begini, menjadi lebih mengerti hidup, menguatkanku di saat-saat terlemahku, yang membuatku dapat memilih pilihan yang tepat dalam hidupku. 

Ternyata hidup itu memang tentang perubahan. Waktu tadi pagi saya keluar kosan dan melihat anak umur sekitar 5 tahun sedang bersenandung lagu ala anak-anak TK, tiba-tiba saya kepikiran, "Pengen jadi anak TK ajaa." Tapi sudah jelas itu ga bakal ada, dan ga pernah bisa. Kita dituntut dewasa, dinamis, menciptakan alur hidup sendiri. Mungkin pas kuliah masih bisa ikut arus, ikutin orang kebanyakan. Orang ngerjain tugas, kita juga. Temen2 ngajakin main, masih bisa ikutan. Sedih senang masih bisa dirasa bersama-sama. Kalau lagi ada masalah, telat datang ke kampus, lupa ngerjain tugas, masih ada teman senasib yang bakal bareng-bareng ngurusin surat ini itu. 

Ternyata berbeda halnya setelah kehidupan masa "bareng-bareng" berlalu. Apa2 pikirin sendiri, tanggung sendiri. Orang-orang walaupun ga mau dibilang egois, pada dasarnya memang egois, dalam arti yang positif. Saat dimana kita, sebelum minta tolong teman, lebih sering berpikir dua kali, dia kan juga punya masalah. Yaah, hal-hal seperti itulah. Sampai-sampai kita juga lupa memerhatikan sekitar. Sampai-sampai lupa menanyakan kabar mama, papa, abang, dedek. Hiiiks...

Ingatlah, seberat apapun masalah, selalu ada tempat kembali. Selalu ada saat-saat kita bisa menarik napas sejenak, menghembuskannya, dan menyadari bahwa This is not the end, after all. Kita selalu bisa mengadu pada yang memiliki alam raya ini, kerajaan langit dan bumi, Maha Pembolak-balik hati, yang bahkan sehelai daun yang jatuh pun tidak akan jatuh jika tidak dengan izin-Nya. Masalah yang kita hadapi, yang menurut kita sangat besar, bagi Allah sangat mudah untuk menyelesaikan-Nya, dan kita bahkan diminta/ diwajibkan malah, untuk hanya meminta kepada-Nya.

Yayayaa... dan justru poin terpenting ini yang saya sering lupa. Justru di saat-saat genting saya lupa untuk menarik napas sejenak, melihat sekeliling, dan menyadari bahwa, "Oh iya, saya masih punya Allah."

Kamis, 07 November 2013

Sleeeeeeep

Jadi ceritanya kasus minggu ini adalah tentang Insomnia, dan saya dapat learning issue nya bagian sleep hygiene. Sekalian pas browsing tentang LI saya, saya jadi kepikiran buat searching sleep in Islamic perspective gitu. Dan Alhamdulillah nemu yang bagus :) Karena saya baik, saya akan bagi linknya:

Naah, di antara pembahasannya yang menarik itu, saya juga menemukan LI saya secara tidak langsung di sana. Jadi LI saya yang sudah lebih dulu saya baca dari sumber lain punya banyak kesamaan sama kebiasaan tidur yang dianjurkan dalam Islam.



Sebelum membahas lebih lanjut, saya kasih tahu deh maksud sleep hygiene apa. Kalau gampangnya sih, sleep hygiene itu bahasa lain dari sleep habit. Jadi kalau ada orang yang mengalami gangguan tidur, bisa dibilang kalau dia punya poor sleep hygiene, atau kebiasaan tidur yang buruk. Nah, di antara sleep hygiene adalah sebagai berikut:

  1. Mengatur waktu tidur dan waktu bangun dengan teratur. Nah ternyata dalam Islam sudah ada anjuran untuk tidur lebih awal dan bangun lebih awal. Seharusnya seorang muslim punya jam tidur yang teratur, apalagi ada shalat subuh yang waktunya sekitar 1 jam sebelum matahari terbit.
  2. Melakukan ritual yang menenangkan sebelum tidur. Dalam Islam kita juga disunnahkan untuk berwudhu sebelum tidur. 
  3. Cari posisi paling nyaman dalam tidur. Sudah banyak dibahas juga kalau Rasulullah SAW menganjurkan tidur dengan posisi berbaring ke arah kanan. Posisi ini menurut penelitian juga paling baik, terbukti pada posisi ini terdapat cardiac vagal activity yang paling baik dibandingkan dengan posisi lainnya, dan memiliki efek antiarritmia (arritmia= irama jantung tidak normal).
  4. Tidak tidur dalam posisi telungkup/ tengkurap. Katanya posisi ini dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Pada penelitian juga menunjukkan bahwa bayi yang tidur dalam posisi telungkup punya risiko 7x lebih besar mengalami Sudden Infant Death Syndrome (SIDS).
  5. Mematikan lampu sebelum tidur. Hal ini juga ternyata terdapat dalam hadits. Dalam ilmu sainsnya berkurangnya cahaya dapat menstimulasi pelepasan melatonin oleh otak, yang bakal nyebabin ngantuk.
Sekian :)
Tambah tertarikkah? Yuk, baca jurnalnya! Masih banyak lagi hal-hal menarik lainnya. Tentang pentingnya tidur dalam Islam, interpretasi mimpi dalam Islam, tentang kisah Ashabul Kahfi, tahapan tidur dalam Islam yang ternyata mirip sama penelitian modern (REM, non REM).

Then after the distress, He sent down security upon you. Slumber (Nu’ass) overtook a party of you, while, another party was thinking about themselves (as how to save their own selves)” [verse 3.154].
The Prophet (pbuh) told one of his companions (Ibn Amr) who was praying the whole night “Offer prayers and also sleep at night, as your body has a right on you” (SB 1874).